Sepotong kata menyentuh hati saya;
bila
kamu mula mendekatkan diri dengan Tuhan
dalam
erti kata yang sebenarnya
"Your source of pleasure will be
your source of pain."
Apabila
tiba hidayah dihadiahkan oleh-Nya, kuat manakah diri ini untuk berkorban?
Pada
siapa harus disandarkan setiap perit hirisan perubahan?
Tabahkah
kamu duhai hati, `menyiat’ wajah lama demi menggantikan wajah yang baru?
Nak
berubah? Cakap senanglah…
Bila nak mendekatkan diri pada Allah dengan
sebenar-benarnya. Kita perlu banyak berkorban. Belajar korbankan apa yang kita
sayang, demi Yang Maha Penyayang (ar-Rahman). Belajar mengawal kehendak, demi
Dia yang mampu memakbulkan segala kehendak (al-Mujib). Hadiah sebuah pengobanan
ialah syurga. Ianya pasti, namun sukar diyakini saat diri diuji.
“Jika
mahu tahu di mana kedudukan kita di sisi Allah, lihatlah di mana Allah di hati
kita.”
Ustaz Pahrol Mohamad Juoi
Ustaz Pahrol Mohamad Juoi
Sanggupkah kalbu ini dikorbankan perasaannya,
demi memenuhi tuntutan Tuhan?
Nafsu. Daya rusuh yang menghinggari hati.
Mengawal atau dikawal. Seringkali dikelirukan, adakah perlakuan kita
bertitik-tolakkan redha-Nya, atau hanya percaturan nafsu. Tak semua yang kita
anggap baik itu benar-benar Hasanah, juga kadangkala suu’uz zonn (sangka buruk)
menggelapkan sisi putih sesuatu perkara hingga dianggap mungkar.
Ya
Allah, hanya pada-Mu Hamba-hamba ini melabuhkan harapnya..
Hari ini..jari masih dapat menitipkan kalimah
tarbiyah. Esok lusa..saya sandarkan padanya. Moga penulisan hari ini, dapat
menjadi reminder kala diri ini
tersilap, andai khilaf memahami makna insani..
Secangkir kisah pemanis ibrah:
Seekor burung lain berkata pada Hudhud,
"O kau dengan tujuan-tujuan yang tak menipu, katakan
padaku bagaimana aku dapat tulus di Jalan
menuju Tuhan ini. Karena aku tak dapat
meninggalkan keinginan hatiku ini, kukorbankan
segala yang kupunyai untuk mencapai
tujuanku. Apa yang kupunya telah hilang; apa
yang kutangkap telah berubah jadi kalajengking di
tanganku. Aku tak terikat oleh ikatan apa pun
juga dan aku telah membuang segala belenggu dan
halangan. Aku ingin untuk menjadi tulus di
Jalan ruhani dengan harapan suatu hari dapat
bertemu muka dengan yang kupuja."
Hudhud
menjawab, "Jalan itu tak terbuka bagi setiap orang; hanya yang tulus dapat
menempuhnya.
Ia yang menempul Jalan ini harus berbuat begitu tenang dan sepenuh hati. Bila
kau
telah membakar segala yang kaumiliki, kumpulkan abunya dan tempatkan dirimu di
atas abu
itu.
Sebelum kau melepaskan diri dari segala sesuatu di dunia ini, satu demi satu,
kau tak akan
bebas.
Dan mengingat kau tak akan lama dalam penjara dunia ini, maka lepaskan dirimu
dari
segalanya
itu. Bila maut datang, dapatkah apa yang kini memperbudak dirimu mengelakkannya?
Menempuh
Jalan ini, diperlukan ketulusan diri dan tulus terhadap diri sendiri lebih
sulit dari
yang
kau kira."
Kesabaran merupakan dhiya’ (cahaya yang amat
terang). Dengan kesabaran inilah, seseorang akan mampu menyingkap kegelapan.
Rasulullah SAW mengungkapkan, "…dan kesabaran merupakan cahaya
yang terang…" (HR. Muslim)
No comments:
Post a Comment