Friday, July 27, 2012

Reminder untuk yang rela



Sepotong kata menyentuh hati saya;

bila kamu mula mendekatkan diri dengan Tuhan
dalam erti kata yang sebenarnya
"Your source of pleasure will be your source of pain."

Apabila tiba hidayah dihadiahkan oleh-Nya, kuat manakah diri ini untuk berkorban?

Pada siapa harus disandarkan setiap perit hirisan perubahan?

Tabahkah kamu duhai hati, `menyiat’ wajah lama demi menggantikan wajah yang baru?

Nak berubah? Cakap senanglah…

Bila nak mendekatkan diri pada Allah dengan sebenar-benarnya. Kita perlu banyak berkorban. Belajar korbankan apa yang kita sayang, demi Yang Maha Penyayang (ar-Rahman). Belajar mengawal kehendak, demi Dia yang mampu memakbulkan segala kehendak (al-Mujib). Hadiah sebuah pengobanan ialah syurga. Ianya pasti, namun sukar diyakini saat diri diuji.

“Jika mahu tahu di mana kedudukan kita di sisi Allah, lihatlah di mana Allah di hati kita.”
Ustaz Pahrol Mohamad Juoi

Sanggupkah kalbu ini dikorbankan perasaannya, demi memenuhi tuntutan Tuhan?

Nafsu. Daya rusuh yang menghinggari hati. Mengawal atau dikawal. Seringkali dikelirukan, adakah perlakuan kita bertitik-tolakkan redha-Nya, atau hanya percaturan nafsu. Tak semua yang kita anggap baik itu benar-benar Hasanah, juga kadangkala suu’uz zonn (sangka buruk) menggelapkan sisi putih sesuatu perkara hingga dianggap mungkar.

Ya Allah, hanya pada-Mu Hamba-hamba ini melabuhkan harapnya..

Hari ini..jari masih dapat menitipkan kalimah tarbiyah. Esok lusa..saya sandarkan padanya. Moga penulisan hari ini, dapat menjadi reminder kala diri ini tersilap, andai khilaf memahami makna insani..



Secangkir kisah pemanis ibrah:

Seekor burung lain berkata pada Hudhud, "O kau dengan tujuan-tujuan yang tak menipu, katakan
padaku bagaimana aku dapat tulus di Jalan menuju Tuhan ini. Karena aku tak dapat
meninggalkan keinginan hatiku ini, kukorbankan segala yang kupunyai untuk mencapai
tujuanku. Apa yang kupunya telah hilang; apa yang kutangkap telah berubah jadi kalajengking di
tanganku. Aku tak terikat oleh ikatan apa pun juga dan aku telah membuang segala belenggu dan
halangan. Aku ingin untuk menjadi tulus di Jalan ruhani dengan harapan suatu hari dapat
bertemu muka dengan yang kupuja."

Hudhud menjawab, "Jalan itu tak terbuka bagi setiap orang; hanya yang tulus dapat
menempuhnya. Ia yang menempul Jalan ini harus berbuat begitu tenang dan sepenuh hati. Bila
kau telah membakar segala yang kaumiliki, kumpulkan abunya dan tempatkan dirimu di atas abu
itu. Sebelum kau melepaskan diri dari segala sesuatu di dunia ini, satu demi satu, kau tak akan
bebas. Dan mengingat kau tak akan lama dalam penjara dunia ini, maka lepaskan dirimu dari
segalanya itu. Bila maut datang, dapatkah apa yang kini memperbudak dirimu mengelakkannya?
Menempuh Jalan ini, diperlukan ketulusan diri dan tulus terhadap diri sendiri lebih sulit dari
yang kau kira."


Kesabaran merupakan dhiya’ (cahaya yang amat terang). Dengan kesabaran inilah, seseorang akan mampu menyingkap kegelapan. Rasulullah SAW mengungkapkan, "…dan kesabaran merupakan cahaya yang terang…" (HR. Muslim) 

No comments:

Post a Comment